Minggu, 16 Oktober 2011

Bebek


Tiap kali datang ke rumah, keponakan perempuan bungsu saya senang minta saya menggambarkan sesuatu untuknya. Dan sesuatu itu seringkali adalah bebek.

Awal-awal dia meminta “bebek ku..bebek ku…”, saya langsung menuruti permintaannya. Tapi setelah sekian lama, setiap kalinya selalu hanya bebek yang diminta. Saya bilang banyak binatang lain yang juga bisa digambar seperti babi, anjing, kuda, kucing dan seterusnya. Tapi jawaban si kecil selalu “bebek ku..bebek ku…” Apa boleh buat, sambil duduk di pangkuan saya, begitulah sang ratu telah memerintahkan. Dan setiap perintahnya adalah wajib hukumnya. Kalau tidak,…awas!

Meskipun sedikit dongkol, dan juga bosan karena selalu menggambar si bebek, saya menemukan satu hal menarik, yang sebenarnya bukanlah hal baru dan sudah saya ketahui sebelumnya tetapi baru saya sadari kebenarannya: saya jadi mahir menggambar bebek. Itulah konsekuensi dari seringnya menggambar bebek. Seperti kata pepatah dalam Bahasa Inggris, practice makes perfect. Latihan yang berulang-ulang membuat kita semakin mahir, semakin jago. Tanpa sadar, sang ratu cilik si “bebek-minded” itu telah “memaksa” saya untuk terus belajar menggambar bebek sehingga pada hari ini, jika ada yang meminta saya menggambar bebek, dengan bangga dan narsis mode:on saya persembahkan seekor bebek seperti ini: 

(gambar bebek)

Tentu saja, kebenaran tentang efek pengulangan ini tidak hanya dapat diterapkan dalam hal meraih tujuan untuk menjadi pakar menggambar bebek kelas dunia. Apa pun yang kerap dilakukan akan mengeras menjadi suatu kebiasaan. Apa pun yang telah menjadi kebiasaan akan mudah dilakukan, dan karena mudah, kita menjadi lebih mahir daripada sebelumnya.

Mari ambil meditasi sebagai contoh.

Pada awalnya, saat kita belum terbiasa bermeditasi, praktik yang berjasa ini terasa sangat berat. Untuk duduk 5 menit menghadapi si “monyet edan” dalam kepala saja terasa sudah sangat melelahkan. Tapi jika kita berusaha bersabar (ingat: kesabaran adalah cara latihan yang tertinggi-Buddha), terus maju pantang mundur, disiplin dan terus mengulang-ulang, lagi dan lagi melakukannya dengan teguh, maka pada hari-hari selanjutnya cepat atau lambat meditasi kita menjadi semakin mudah. Si “monyet” tidak lagi terlalu edan. Bahkan pada saat-saat tertentu si “monyet” dapat bersikap sangat jinak dan bersahabat, membuat kita mengalami satu pengalaman yang sangat menarik.

Tidak percaya? Buktikan saja sendiri!

200910

NB: Kadang, si ratu cilik bosan juga minta gambar di atas media kertas. Bila kebetulan dia melihat saya sedang memakai laptop, dia akan meminta saya meluncurkan aplikasi Paint lalu, karena medianya lebih canggih maka permintaannya pun lebih “wah”: bukan bebek sembarang bebek, tapi superbebek!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar