Kehidupan Setelah Kematian
Sebagian besar ajaran di dunia sepakat bahwa kematian bukanlah akhir dari segala-galanya. Kematian hanyalah awal bagi kehidupan berikutnya. Beberapa agama mengajarkan para pengikutnya tentang alam surga dan neraka, tempat di mana kehidupan setelah kematian itu berlanjut. Bagi yang baik dan patuh kepada perintah atau larangan Tuhan—sosok makhluk adikodrati yang diyakini sebagai pencipta dunia—akan diberikan tempat di surga yang kekal. Untuk anak nakal, orang jahat, apalagi koruptor, neraka siap menerima mereka untuk tinggal selama-lamanya. Agama-agama seperti ini tidak mengenal konsep kelahiran ulang dalam pengertian bahwa manusia bisa terlahir ulang menjadi manusia kembali atau bahkan menjadi binatang di kehidupan mendatang. Kelahiran kembali setelah kematian, menurut ajaran-ajaran ini, hanyalah di alam surga atau di neraka, dan kedua alam itu diyakini kekal abadi selama-lamanya: sekali
seseorang menjadi penghuni di salah satu alam itu, dia akan terus ada di sana selamanya.
Seperti ajaran-ajaran tersebut, kosmologi Buddhis pun mengenal alam surga dan neraka. Bedanya, Buddhisme tidak hanya mengenal surga dan neraka, tapi bahkan ada 29 alam kehidupan setelah kematian lainnya yang juga dikenal oleh Buddhisme, tempat di mana para makhluk dapat terlahir ulang. Alam-alam itu secara garis besarnya digolongkan menjadi 6 jenis alam: alam surga, alam manusia, alam binatang, alam hantu kelaparan, alam asura/siluman, dan alam neraka.
Dalam Buddhisme, alam surga mempunyai banyak tingkatan, mulai dari yang rendah sampai tertinggi sesuai dengan bobot kebajikan dan kebijaksanaan yang telah dikembangkan semasih hidup oleh para penghuninya. Alam neraka pun ada banyak tingkat seperti pada alam surga. Hanya di sini para pesakitan ini dibedakan berdasarkan tingkat kebengisan atau kejahatan mereka. Seperti di dunia manusia, penjahat kelas kakap tentu tidak berada di penjara yang sama dengan penjahat kelas teri, bukan?
Di luar 31 alam tersebut, Buddhisme menolak adanya alam-alam lain seperti alam antara yang merupakan alam persinggahan sementara “roh” dari orang yang telah mati sebelum nantinya masuk ke surga atau neraka atau turun ke bumi sebagai manusia. Karena dalam keyakinan Buddhis tumimbal lahir atau kelahiran kembali itu terjadi secara seketika, tidak ada waktu jeda, tidak ada alam antara apa pun. Begitu seseorang meninggal di sini, maka dia langsung terlahir di salah satu dari 31 alam itu sesuai dengan karma yang telah dia kumpulkan semasih hidup.
Mitos-Mitos Seputar Kematian
Mitos adalah suatu kisah atau legenda yang biasanya berisi penjelasan tentang sebab-musabab dari terjadinya suatu peristiwa atau hal. Mitos muncul karena kurangnya pengetahuan dan penalaran kita tentang suatu hal sehingga untuk menjelaskannya kita pun menciptakan mitos.
Bagi kebanyakan orang, kematian adalah sebuah misteri. Hanya sedikit di antara kita yang sungguh-sungguh telah memahami dan menaklukkannya. Karena itu, tak heran dari sejak dahulu kala hingga kini mitos-mitos seputar kematian terus lestari.
Ada mitos tentang orang-orang yang meninggal tak wajar—misalnya, gantung diri, dibunuh, kecelakaan—akan menjadi hantu atau roh yang bergentayangan. Mitos seperti ini diperkuat dan dimanfaatkan oleh produser film untuk menghasilkan film-film horor yang penuh dengan cerita balas dendam dari mantan manusia yang sudah menjadi arwah gentayangan itu.
Menurut Buddhisme, disebabkan oleh karma buruk dan kurangnya kebajikan dan kebijaksanaannya, manusia memang bisa terlahir ulang sebagai hantu atau siluman di alam hantu/siluman. Mereka yang meninggal karena bunuh diri pergi ke alam lain didorong oleh rasa benci pada kehidupannya. Mereka amat mungkin terlahir ulang sebagai hantu yang menderita oleh rasa bencinya, atau bahkan langsung ke alam neraka. Tapi untuk jenis kematian lain seperti kecelakaan atau dibunuh, sulit dipastikan korban yang tewas terlahir ulang sebagai hantu yang bergentayangan. Karena hal itu tergantung sepenuhnya pada karma-karma yang telah dikumpulkannya semasih hidup dan keadaan batin sesaat sebelum meninggal dunia. Bila dalam kasus ini yang meninggal telah banyak mengumpulkan jasa baik dan keadaan batinnya cukup murni saat meninggal dunia, dia akan terlahir di alam-alam yang baik meskipun cara kematiannya tidaklah indah.
Ada pula mitos—atau mungkin lebih tepatnya takhayul—yang hidup di komunitas Buddhis tertentu bahwa seseorang yang meninggal akan tinggal di suatu alam perantara selama 40 hari sebelum akhirnya dia terlahir kembali. Juga bahwa kita bisa mengirimkan uang dan perbekalan lainnya serta membangunkan rumah di alam sana untuk keluarga kita yang telah meninggal dengan cara membakar kertas tertentu yang dianggap sebagai “uang” dan rumah-rumahan dari kertas.
Tentu saja, bagi Buddhis yang mengerti Dharma, hal-hal tersebut di atas bertentangan dengan apa yang telah diajarkan oleh Buddha. Karena menurut Buddhisme, seseorang yang meninggal dunia akan langsung bertumimbal lahir di salah satu dari 31 alam kehidupan sesuai dengan karmanya. Juga, seseorang bisa memiliki bekal dan rumah di alam sana bukanlah dengan cara sanak saudaranya membakar kertas “uang” dan rumah-rumahan kertas, tapi dengan usahanya sendiri mengumpulkan jasa-jasa kebajikan serta dengan pelimpahan jasa yang dilakukan oleh sanak saudaranya yang telah melakukan kebaijkan atas namanya.
Tapi bagaimanapun, ada satu mitos tentang kematian yang amat berbahaya karena banyak dipercayai sebagai fakta oleh orang. Mitos inilah yang menyebabkan kita lalai mengembangkan diri dalam jalan sila+samadhi+panna. Apakah mitos itu? Ialah, kita percaya bahwa, meskipun kematian itu pasti tapi kematian tidak akan datang menimpa kita hingga kita menjadi tua bangka!
Itulah mitos kematian paling berbahaya yang menyebabkan kita, selagi muda dan sehat, merasa dunia ada di tangan kita. Kesenangan-kesenangan indrawi memabukkan kita, membuat kita terlena, lupa daratan dan lautan, dan abai bahwa raja kematian bisa datang sewaktu-waktu. Dalam kenyataannya, kehidupan memaparkan pada kita bahwa tak perlu harus tua untuk mati. Karena, bahkan yang amat belia pun pergi meninggalkan dunia ini ditengah-tengah kebeliaannya.
Bagi orang muda, kematian adalah kabar angin – Andrwe A. Rooney
Tidak ada komentar:
Posting Komentar