Selasa, 01 November 2011

Sehat itu Murah*

Tadi pagi saat saya coba menawarkan sari kurma kepada seorang pembeli yang datang ke toko, saya katakan kepadanya bahwa sari kurma bisa mencegah pengeroposan tulang (osteoporosis) pada orang dewasa. Si gadis cantik menjawab, “Saya masih muda.”

“Justru,” balas saya, “karena masih muda-lah kita harus mulai mencegahnya. Karena sehat itu sebenarnya murah, sakitlah yang mahal.” Si gadis hanya tersenyum. Meskipun tidak tertarik membeli dagangan saya, bagi saya senyumnya tetap terasa manis (he-he-he…).

Tampaknya kita mulai melupakan bahwa kita punya satu ujaran bijak warisan dari nenek moyang kita: lebih baik mencegah daripada mengobati.

Ada kesalahkaprahan yang menganggap sehat itu mahal. Makanya sadar atau tidak, kita maklumi bila produk-produk kesehatan seperti suplemen dan vitamin bila semakin mahal harganya berarti semakin bagus. Padahal, jika kita lihat lebih dekat, sesungguhnya untuk menjadi sehat tidaklah mahal. Kuncinya kembali kepada ujaran bijak itu: cegahlah, daripada mengobati. Dan pencegahan itu tidak harus menguras modal yang besar, tetapi hanya perlu mengembangkan kebiasaan-kebiasaan yang baik.

Saat usia muda seperti sekarang inilah saat terbaik untuk menabung modal sehat demi masa tua yang lebih terjamin. Jika untuk urusan keuangan kita siap menabung dana pensiun, mengapa untuk urusan kesehatan yang lebih berarti daripada materi apa pun kita sering lupa menabung sedari dini? Jangan terlena oleh kemudaan itu dan lantas menyia-nyiakan atau bahkan merusaknya dengan perilaku yang tak sehat.

Mulailah dari hal-hal sederhana seperti mengunyah makanan dengan baik. Kunyahlah makanan minimal 30 kali setiap kali suap untuk jenis yang biasa, tapi untuk makanan keras paling tidak 50 kali.

Wah, cape deh!

Cape sedikit demi kesehatan kan tidak ada apa-apanya, setuju? Karena dari mengunyah makanan dengan baik, apa yang masuk ke usus kita akan menjadi mudah dicerna dan usus bekerja dengan lebih ringan. Jika kita peduli pada usus, membantu meringankan kerjanya, maka dia akan membalas kita dengan memberikan kita kesehatan yang baik. Tidak percaya? Asal tahu, dokter terkenal bernama Hiromi Shinya MD dalam buku sangat terkenal “Miracle Enzyme”, menulis bahwa usus dan lambung adalah garis pertahanan pertama tubuh dan fondasi bagi kesehatan kita!

Kurangi makan daging dan perbanyak sayuran, kacang-kacangan dan buah-buahan. Jika mampu, jadilah seorang vegetarian. Beberapa orang percaya daging membuat kita kuat dan bertubuh besar, jika hanya memakan sayuran dan buah kita akan lemah dan bertubuh kecil. Itu jelas salah, karena gajah si raksasa darat dan kuda si pelari tangguh adalah para herbivora. Dengan pengaturan menu yang baik dan bervariasi, sayuran dan jenis-jenis kacang-kacangan mampu menyediakan semua zat-zat gizi yang diperlukan tubuh kita.

Ketika ginjal masih berfungsi baik, pelihara dan sayangi dia baik-baik dengan minumlah air putih dalam jumlah yang cukup. Jangan tergoda memperlakukan minuman ringan atau lainnya yang sejenis itu, yang sering berteriak-teriak sebagai penghilang haus nomer 1, sebagai pengganti air minum kita. Air putih yang baik dan sehat, bagaimanapun, masih yang terbaik!

Semasih jantung sehat dan semangat memompakan darah, pedulilah kepadanya. Berolahraga teratur (tidak perlu di fitness centre mahal, di halaman rumah pun jadi), tidak merokok (rokok sangat berbahaya dan adalah candu yang melanggar sila ke-5 Pancasila Buddhis), dan jauhi gaya hidup yang hanya menghasilkan stress berat.

Demikian juga dengan bagian tubuh kita yang lainnya. Kita wajib memelihara dan memperlakukan mereka dengan baik dan pantas. Karena kita tidak berhak memiliki tubuh ini, tetapi hanya sekadar hak guna untuk memanfaatkannya sebagai kendaraan menuju tujuan hidup kita. Jika kita sembrono memakainya, sangat mungkin “pemiliknya” yang sejati akan langsung mencabut hak guna kita!  

Mari Kita tabung modal sehat kita tatkala masih muda, supaya di senja hari kita petik hasilnya dengan menjalani masa tua dalam kesehatan dan kedamaian yang baik. Maka, meskipun kematian itu tak terelakkan bagi siapa pun yang pernah lahir, kita boleh berharap, ketika saat itu tiba, kita dapat pergi seperti seseorang yang berangkat tidur untuk selama-lamanya: begitu memejamkan mata, begitu pula napas berhenti.

Begitu tenang, tanpa sakit, tak menderita. Betapa kematian yang indah!

111109
 * Judul esai ini dipinjam dari judul sebuah buku karya Dr. Handrawan Nadesul

Tidak ada komentar:

Posting Komentar